Spanyol
merupakan sebuah negara kerajaan yang telah mengalami suatu sejarah
yang menarik dan bergolak. Keadaan alam yang bergunung-gunung dan
kering, menjadikannya sebuah negeri yang sukar ditaklukan.
Perjalanan
sejarahnya dipengaruhi oleh banyak budaya dan negara. Akar budaya
Spanyol berasal dari perpaduan budaya Latin, Visigothic Eropa, Katolik
Roma, Islam Timur Tengah, dan lingkungan Mediterania. Hal ini menjadikan
Spanyol sebagai sebuah bangsa dengan keragaman budaya yang tinggi.
Keragaman
budaya yang tinggi dapat dilihat dari beberapa budaya populer Spanyol
seperti tarian flamenco, adu banteng, bull-run, dan tomatina yang banyak
mendapat pengaruh dari berbagai latar belakang budaya. Benang merah
dari keragaman budaya ini adalah kecintaan akan tantangan, unsur-unsur
‘kegilaan’, chaotic yang diimbuhi suasana kontradiktif.
Di
tengah keberagaman budaya tersebut, telah lama di Spanyol terjadi
hegemoni kaum Basque yang mayoritas (berpusat di Madrid), terhadap
kaum Catalonia yang minoritas (berpusat di Barcelona). Namun, angin
segar kebebasan berhembus bagi kaum Catalonia ketika pihak pusat Basque
mengalami goncangan dan penurunan di abad ke-18. Hal ini membawa semacam
semangat baru nasionalisme Catalonia ke segala bidang, termasuk
arsitektur. Hal inilah yang menjadi salah satu latar belakang
nasionalisme karya-karya Gaudi bagiCatalonia.
Walaupun
terjadi ketegangan antara kaum Basque dan kaum Catalonia, tetapi
sebagai sesama budaya serumpun, budaya Spanyol secara umum (Basque) dan
budaya Catalonia saling mempengaruhi dalam prakteknya. Begitu pula yang
terjadi pada antara budaya Spanyol dan Gaudi (sebagai seorang Catalan).
Memang, karya-karya Gaudi tidak pernah dikaitkan dengan budaya Spanyol
secara keseluruhan, namun unsur-unsur budaya Spanyol secara umum yang
mencerminkan keberanian, kecintaan akan tantangan, keberagaman, serta
unsur ‘kegilaan’, chaotic, dan kontradiktif ada dalam semangat karya-karya Gaudi.
Karena
itu, sebagai seorang mahasiswa arsitektur, penulis berpandangan bahwa
sesuatu yang ‘gila’ dalam konteks kreatifitas, bukanlah sesuatu yang
selalu negatif. ‘Kegilaan’ dalam berkreasi dapat menjadi semangat desain
yang mendorong semangat berkarya dan berinovasi.
1.2. Latar belakang
Latar
belakang dari pemilihan topik ini adalah ketika pada kuliah pertama
Issue Arsitektur Kontemporer, mahasiswa diajak untuk menjadi ‘gila’
dalam mata kuliah ini.
Kalau
mau bicara tentang ‘gila’, maka tokoh saya adalah Antonio Gaudi. Dia
arsitek favorit saya; yang karya-karyanya merupakan perkenalan pertama
saya dengan arsitektur. Ketika masih SMP, saya pernah menonton acara
jalan-jalan ke Spanyol. Waktu itu, si pembawa acara berkunjung ke Casa
Milla. Seluruh bangunan tersebut, terutama kolomnya yang bagai dipuntir
dari plafon dan meleleh di lantai benar-benar membuat saya terpukau.
Sejak saat itu, saya jatuh cinta dengan arsitektur dan jadi penasaran
dengan segala hal yang berkaitan dengan Gaudi dan Spanyol.
1.3. Maksud dan tujuan
Melalui
tugas ini, diharapkan menjadi jendela pengetahuan baru bagi saya untuk
semakin mengenal negara Spanyol pada umumnya dan Antonio Gaudi pada
khususnya. Melalui pengetahuan ini diharapkan membawa cara pandang baru
terhadap sikap desain, yang dapat menjadi cara pengembangan diri.
1.4. Batasan pembahasan
Laporan
ini akan membahas negara Spanyol secara umum terlebih dahulu. Mencakup
perkembangan sejarah secara singkat. Lalu akan dibahas tentang beberapa
budaya Spanyol yang cukup populer. Spanyol disini diartikan sebagai
Spanyol secara umum dan keseluruhan.
Kemudian
masuk ke budaya Catalonia yang sebenarnya merupakan budaya mandiri;
namun tidak dapat terlepaskan dari pembicaraan mengenai Spanyol pada
umumnya. Budaya mandiri Catalonia inilah yang melahirkan tokoh Antonio
Gaudi.
Pada
bagian Antonio Gaudi akan dibahas tentang latar belakangnya serta
karakteristik karyanya. Dari sini akan dicari kaitan antara
karakteristik budaya Spanyol secara umum dengan karakteristik
karya-karya Gaudi.
Setelah
itu diberi pandangan atau pendapat tentang kaitan kedua hal tersebut,
termasuk hal-hal yang dapat dibahas dari topik ini.
Budaya Populer Spanyol
1. Tarian Flamenco
Salah
satu contoh budaya Spanyol yang memperoleh begitu banyak pengaruh
adalah tarian Flamenco. Sekarang ini tarian Flamenco dianggap sebagai
salah satu bentuk budaya Spanyol secara umum. Namun, sebenarnya tarian
Flamenco merupakan salah satu tarian pergaulan tradisional berasal
dari Andalusia, yang terletak di wilayah selatan. Akar dari tarian
Flamenco berasal dari budaya kaum Gipsi Andalusia dan budaya
Islam Persia. Dengan semakin berkembangnya tarian ini di wilayah lain,
tradisi musik lokal ikut mempengaruhi, seperti unsur musik tradisional
Castilia. Keberagaman ini menjadikan tarian Flamenco sebuah tarian
dengan genre musik yang kuat, ritmik, bertenaga, anggun dan indah.
Sejarah
Banyak
detail dari sejarah perkembangan flamenco hilang dalam sejarah Spanyol.
Hal ini disebabkan antara lain karena flamenco muncul dari kelompok
sosial masyarakat bawah sehingga kurang mendapat prestise dari kalangan
masyarakat menengah dan atas. Selain itu, musik dan tarian flamenco
diturunkan dari generasi ke generasi melalui penampilan dalam acara
komunitas sosial dan tidak dicatat dalam literatur.
Selama
abad ke-18, berkembang ‘flamenco fiesta’. Dalam pesta ini, pertunjukkan
tari dan musik flamenco bisa selama beberapa hari. Di sini tercipta set
musik dan aturan sosial yang menjadi dasar flamenco.
Pada
abad ke-19, flamenco mulai menyebar keluar dari daerah Andalusia dan
mulai terbagi menjadi beberapagaya. Dan berkembang demam
‘cafe-cantante’, dimana pertunjukkan flamenco banyak digelar di
cafe-cafe lokal. Penari-penari flamenco manjadi salah satu daya tarik
utama publik.
Lambat
laun, flamenco dan asosiasinya dengan kaum Gipsi menjadi populer di
seluruh Eropa. Melancong yang ke Spanyol serasa belum ‘afdol’ jika belum
menonton tarian flamenco. Sejak saat itu, Spanyol secara umum
diasosiasikan dengan flamenco.
Sejak
tahun 1956 hingga kini, muncul trend opera flamenca, dimana musik dan
tarian flamenco dilihat sebagai pertunjukkan opera, yang secara bertahap
digelar di gedung-gedung besar seperti teater dan arena adu banteng.
Instrumen
Flamenco tradisional biasanya hanya diiringi nyanyian tanpa alat musik (disebut cante). Dalam perkembangannya, nyanyian diiringi dengan:
- Gitar flamenco (toque)
- Tepukan tangan yang ritmik (palmas)
- Hentakan kaki yang ritmik (zapateado)
- Dansa (baile)
- Bandurria dan tamborin
- Castanet
2. Adu Banteng (corrida de toros)
Karena keberagaman yang tinggi, kadang budaya Spanyol diwarnai dengan kontradiksi. Sebagai contoh, adu banteng, atau Corrida de toros bagi
orang Spanyol, merupakan pertunjukan juga olah raga yang menarik dan
penuh kontradiksi. Secara visual, tampilan matador dalam kostum serba
gemerlap dan halus, badan yang selalu langsing dan sportif, begitu
kontras dengan tampilan banteng yang gelap, solid, dan sangat ganas.
Gerakan matador yang bagai tarian diakhiri dengan tebasan pedang.
Lapangan berpasir yang putih pun memerah oleh darah banteng. Keindahan?
Ya. Sadis? Ya juga. Kengerian bagi penonton yang tak akrab dengan
tradisi ini. Namun, kemampuan matador dalam menghindar dari terjangan
banteng, terlebih sikapnya yang menantang si banteng menjadi kenikmatan
tersendiri. Karenanya ia bertahan, bahkan tak menunjukkan tanda-tanda
bakal menyingkir dari lubuk sanubari penggemarnya di Spanyol, Portugal,
Prancis Selatan, dan negara-negara Amerika Latin.
Sejarah
Dulu tujuan utama corrida melulu
mempersiapkan banteng untuk dihabisi pedang matador. Namun tahun 1914
Juan Belmonte, seorang matador bertubuh kecil dari Andalusia,
memperkenalkan pendekatan penuh resiko, yaitu mengibaskan muleta semakin
dekat dengan tubuh banteng dengan gerakan-gerakan indah. Aksi
menghabisi bantengnya tergeser ke nomor dua. Kemampuan matador dalam
menghindar dari terjangan banteng, terlebih sikapnya yang menantang si
banteng, ternyata menyerobot minat penonton.
Kehebatan
matador dilihat dari keterampilannya menghindar, keindahannya dan
keberaniannya berada sedekat mungkin dengan banteng. Di titik ini corrida tak
lagi tinggal sebagai pertarungan antara manusi dan banteng, namun lebih
sebagai pertarungan antara manusia dengan dirinya sendiri. Setiap detik
dalam tampilannya, matador harus memutuskan seberapa dekat ia akan
berani membiarkan banteng mendekat, dan seberapa jauh ia bisa mengempos
keberanian untuk memuaskan penonton.
Sudah
barang tentu matador, betapa pun jayanya selalu akrab dengan tandukan
banteng. Hampir setiap matador pernah kena tanduk paling tidak sekali
dan satu musim pertunjukan. Bermonte ditanduk lebih dari 50 kali. Bahkan
sejak tahun 1700 dari sekitar 125 orang matador besar, 40 diantaranya
tewas di arena. Itu belum termasuk banderillero atau picador yang
tewas. Contoh lain, Joselito (Jose Gomez), teman sekaligus rival
Belmonte, yang dipandang sebagai salah seorang matador terhebat
sepanjang masa, akhirnya tewas di ujung tanduk banteng pada tahun 1920.
Deskripsi
Acaranya
dibuka dengan prosesi meriah. Para matador mengenakan jas pendek, rompi
dan celana ketat sebatas lutut. Bordiran rumit dari benang emas, perak
dan sutra menghiasi kostum mereka. Khusus untuk prosesi, jubah satin
yang juga dihiasi bordiran indah menggelantung megah di pundak.
Kemejanya berenda-renda, kaus kakinya merah muda, sepatu hitam dengan
sol rata. Topinya hitam dari sutra.
Selain matador, para asistennya – disebut banderillero dan picador –
ikut berparade. Saat prosesi selesai, walikota melemparkan kunci pintu
kandang banteng. Sang banteng masuk arena. Lalu seorang banderilleromengibaskan muleta (kain
berwarna nila) hanya dengan satu tangan untuk memancing reaksi banteng.
Ini gunanya agar matador mengamati apakah banteng ini punya
kecenderungan lebih suka menyerang dengan salah satu tanduk saja, atau
kedua-duanya. Setelah itu, barulah matador masuk ke arena.
Biasanya, ia akan mulai dengan gerakan-gerakan veronica. Muleta dikibaskan
perlahan dengan kedua tangan dari arah si banteng, tanpa ia sendiri
pindah posisi. Begitu terus sampai banteng kian dekat, begitu dekat,
sehingga muleta cukup dikibaskan memutari pinggangnya sendiri. Gerakan
yang sebenarnya merupakan jurus dasar yang harus dikuasai seorang
matador ini indah di mata, karena mendekati gerakan menari. Bayangkanlah
apa yang kita lakukan kalau kita berdekatan dengan seekor banteng
ganas! Boro-boro menari. Karena matador melakukannya dengan begitu
indah, penonton dibuat lupa betapa dekat ia pada resiko ditanduk.
Sementara itu para picador masuk.
Dari atas kuda tunggangan, mereka menusuk banteng dengan harpun mirip
tombak, menandai dimulainya babak awal, dari tigak babak, berturut-turut
yang dimulai dengan pertarungan, lalu penancapan banderilla (sejenis harpun) oleh para banderillero, atau oleh picador. Pertunjukan dituntaskan dengan menghabisi banteng.
Dalam babak pertarungan, matador berupaya menyebabkan lawannya capek sehingga kehilangan stamina. Luka akibat tancapan banderilla yang terus-menerus mencucurkan darah juga cara lain mebuat kondisinya melemah.
Namun,
yang biasanya dinantikan penonton adalah saat matador melancarkan
tusukan fatal untuk menghabisi lawannya. Yang dipandang terbaik tentu
dengan satu tusukan. Pertunjukan disebut recibiendo, hebat
sekali, bila karena perhitungan yang matang dan keberaniannya, matador
berhasil menancapkan pedang pas di saat ia berhadapan muka dengan si
banteng, justru ketika banteng sedang menerjang ke arahnya.
Karena
kesempatan hanya dihitung dalam detik, tusukan itu harus langsung kena
sasaran (jantung) dan (konon, ini indahnya) dilakukan hanya beberapa
saat sebelum tanduk si banteng menyentuh tubuh matador. Begitu tusukan
dituntaskan dan sukses, matador sedikit menepi untuk memberi ruang bagi
jatunya banteng, tertelungkup seolah menyembah pasrah kalah di hadapan
sang matador! Namun, karena cara ini amat tinggi resikonya, amat jarang
dipraktikkan. Bagaimana bila tusukan yang diharapkan fatal, ternyata tak
berhasil melumpuhkan?
Seorang matador yang kemenangannya sudah diakui akan memutari arena diiringi para banderillero di
tengah gemuruh sorak-sorai penonton. Bila penampilannya dinilai bagus,
salah satu daun telinga banteng dipersembahkan sebagai tanda
kemenangannya. Bila amat memuaskan, kedua daun telinga jadi haknya.
Kalau recibiendo, selain dua daun telinga ia juga mendapat ekor!
Adu lari dengan banteng (dalam bahasa Inggris ‘bull-run’, dalam bahasa Basque ‘entzierro’, dalam bahasa Spanyol ‘el encierro’)
merupakan suatu tradisi berlari di depan banteng-banteng yang telah
dilepaskan ke suatu jalan kota yang telah disekat khusus untuk acara
ini. Walaupun acara ini sering diadakan di festival kota dan desa di
seluruh Spanyol, namun acara bull-run yang paling terkenal adalah di
festival San Fermin di Pamplona, yang disiarkan langsung di Television
Espanola dan Cuatro.
Tidak
seperti adu banteng yang dilakukan oleh profesional, dalam acara
bull-run ini, setiap orang boleh berpartisipasi. Luka-luka menjadi hal
yang lumrah dalam acara ini, baik dari partisipan yang terseruduk
banteng, maupun banteng yang tanduknya tersangkut di bebatuan jalan.
Sejarahnya
Tradisi
ini bermula dari upaya memindahkan banteng-banteng dari kandang di
pinggir kota (dimana mereka berada pada malam harinya) menuju ke arena
adu banteng. Para pemuda biasanya suka melompat ke depan banteng-banteng
itu untuk menunjukkan keberanian mereka. Sejak tahun 1924 telah
tercatat 15 orang meninggal di Pamplona akibat acara ini. Korban
meninggal terakhir pada tahun 1995 yaitu seorang turis dari Amerika.
Deskripsi
Persiapan
dari acara ini adalah pendirian sejumlah barikade dari kayu dan besi
yang didirikan di sepanjang jalan yang akan dilalui banteng berdasarkan
rute terdekat menuju arena adu banteng. Barikade ini dibuat dua lapis
untuk memungkinkan para partisipan untuk segera keluar dalam kondisi
terjepit yang berbahaya. Celah barikade dibuat cukup lebar untuk nyelip, namun cukup sempit untuk menghalangi banteng ikut nyelip. Namun hati-hati dengan tanduknya.
Acara bull-run di festival San Fermin dibuka dengan nyanyian "A
San Fermín pedimos, por ser nuestro patrón, nos guíe en el encierro
dándonos su bendición" ("We ask San Fermín, as our Patron, to guide us
through the Bull Run and give us his blessing"). Para pelari
menggunakan baju tradisional berupa kemeja dan celana panjang warna
putih dengan kain berwarna merah yang diikatkan di pergelangan tangan
dan leher. Di satu tangan, mereka menggenggam koran yang digulung untuk
menarik perhatian banteng bila diperlukan.
Acara
dibuka dengan roket pertama (yang disebut chupinaxo) yang ditembakkan
ke udara untuk memperingatkan para pelari bahwa pintu kandang banteng
telah dibuka. Signal roket kedua menandakan bahwa keenam banteng telah
dilepaskan dan memasuki jalan.
Orang-orang
pun akan siap-siap berlari di depan banteng-banteng itu kapan pun
mereka datang. Baiknya jika banteng-banteng ini lari dengan mulus dalam
kelompok. Jika salah satu banteng terpisah dari kelompok, maka hal ini
bisa jadi berbahaya karena dia akan mengalami disorientasi dan mulai
menyerang apapun atau siapapun yang bergerak dan menarik perhatiannya.
Bagi
pelari yang belum pengalaman, adalah suatu keberuntungan bila dapat
menyentuh banteng, namun sebenarnya hal ini tidak dibenarnya dan bisa
berakibat fatal bagi yang melakukannya karena hal ini bisa bersifat
mengganggu bagi banteng tersebut dan bisa menyebabkannya ngamuk. Untuk
meminimalkan kecelakaan yang tidak diharapkan, para pawang banteng ikut
berlari di belakang banteng-banteng. Akhir pekan merupakan puncak acara
sehingga pasti sangat padat, karenanya paling berbahaya.
Acara
selesai ketika banteng terakhir memasuki arena adu
banteng. Ada beberapa pelari yang memang nekat ikut masuk ke arena untuk
menunggu dilepaskannya vaca (sapi khusus yang jadi sasaran banteng). Namun hal ini tidak disarankan karena sama berbahayanya dengan adu banteng.
3. Tomatina
La
Tomatina merupakan acara perang makanan dalam festival kota Bunol di
wilayah Valencia yang diadakan setahun sekali pada hari rabu di akhir
bulan Agustus. Ratusan orang datang dari seluruh penjuru dunia datang
untuk ikut dalam timpuk-timpukan menggunakan tomat yang sudah terlalu
matang.
La
Tomatina merupakan bagian dari festival selama seminggu yang diisi
dengan pertunjukkan musik, parade, tarian, dan pertunjukkan kembang api.
Semalam sebelum Tomatina, partisipan akan berkompetisi dalam kontes
memasak paella (masakan tradisional spanyol yang terdiri dari nasi, ikan, tomat, dan sayur-sayuran)
Diperkirakan
turis yang datang ke acara ini mencapai 20.000-40.000 orang. Melebihi
penduduk Bunol yang berjumlah 9.000. Karena akomodasi yang terbatas,
akhirnya pada turis umumnya tinggal di kota Valencia dan naik bus atau
kereta untuk menuju ke Bunol, yang terletak 38 km dari Valencia. Sebagai
persiapan, para pemilik toko dan rumah akan menggunakan plastik besar
sebagai pelapis bagian depan bangunan mereka supaya terlindung.
Sejarahnya
Festival kota Bunol
ditujukan sebagai penghormatan terhadap Santa Luis Bertran dan Bunda
Maria. Tomatina telah menjadi tradisi di Bunol sejak 1944. Tidak ada
yang tahu persis bagaimana tradisi ini bermula. Versi yang berkembang di
masyarakat mengatakan bahwa tomatina dimulai ketika terjadi perang
makanan lokal yang dilakukan oleh para pemuda. Ada pula yang mengatakan
bahwa tradisi ini bermula ketika penduduk melempari walikota dengan
tomat dalam sebuah perayaan. Apapun yang melatarbelakanginya, timpuk-timpukan tomat ini dirasa menyenangkan sehingga diulangi tahun berikutnya, lalu tahun berikutnya lagi hingga sekarang menjadi tradisi.
Pada Agustus 2007, perang tomat ini berhasil menyedot turis sebanyak 40.000 orang dan menggunakan 115.000 kg tomat.
Deskripsi
Sekitar
pukul 10, acara dibuka dengan kedatangan truk-truk pengangkut tomat ke
pusat kota, yaitu Plaza del Pueblo. Secara teknis, festival belum
dimulai hingga ada seseorang yang berani untuk memanjat tiang setinggi 2
lantai untuk mengambil hadiah berupa daging ham di puncaknya (semacam
panjat pinangnya orang Spanyol). Namun dalam kenyataannya, proses ini
sulit dan biasanya festival dibuka walaupun belum ada yang berhasil
mengambil daging itu.
Acara
dimulai ketika semprotan air ditembakkan dan kekacauan pun dimulai.
Jika sudah dimulai, orang-orang akan saling lempar tomat secara
serampangan. Para partisipan disarankan menggunkan goggle pelindung mata
dan sarung tangan. Dan yang tidak kalah penting, sebaiknya tomat
dipencet dulu sebelum dilemparkan. Peraturan lainnya adalah tidak ada
yang diperbolehkan membawa apapun yang bisa menyebabkan kerusuhan
serius, seperti botol kaca.
Setelah
tepat setelah satu jam yang penuh kekacauan, semprotan air sekali lagi
ditembakkan, menandakan berakhirnya perang tomat itu. Tidak ada lagi
tomat yang boleh dilemparkan. Kemudian truk-truk pemadam kebakaran
datang untuk membersihkan jalan dengan cara menyemprotkan air
>. Sejarah Islam Spanyol
Masuk
dan menyebarnya Islam di Spanyol menjadi fakta sejarah yang membantah
kesan bahwa dakwah Islam disampaikan dengan kekerasan. Tak hanya itu,
Islam di Spanyol juga telah mengantarkan wilayah ini mencapai
kejayaannya dengan sejumlah penemuan ilmiah revolusioner.
Sudah
menjadi rahasia umum, bahwa di kalangan orientalis Barat berkembang
persepsi, dalam dakwahnya para tokoh Islam ibarat menggenggam Al-Qur’an
di tangan kanan dan menghunus sebilah pedang di tangan kiri.
Seolah-olah,
demikian dikesankan para orientalis, satu-satunya pilihan bagi mereka
yang tidak menerima Islam adalah: mati! Penilaian tersebut untuk
menstigma bahwa Islam adalah ajaran kejam dan pengikutnya tidak lebih
dari seorang jagal. Padahal peperangan yang dilakukan Islam di masa
Rasul dan sahabatnya ataupun masa sesudahnya, jauh dari kesan kejam dan
brutal. Syari’at Islam menjelaskan perang dalam Islam terdiri dari dua
jenis. Pertama adalah perang defensif karena diserang dan dalam rangka
mempertahankan diri atau mempertahankan wilayah kaum muslimin. Kedua,
perang ofensif dengan tujuan menghancurkan penghalang dakwah. Biasanya
penghalang dakwah berupa digelarnya pasukan oleh penguasa kafir yang
menolak wilayahnya dimasuki ajaran Islam dan kaum muslimin. Karena
menyebarkan dakwah adalah kewajiban syara’, maka peperangan menjadi
metoda yang absah dalam konteks syari’at Islam dan sejarah perkembangan
Islam.
>
Lagipula
perang dalam Islam untuk menghidupkan umat manusia, bukan memusnahkan.
Oleh karena itu, ketika kaum muslimin menang perang dan menguasai
wilayah, tidak bertujuan menjajahnya.
Masuk dengan Damai
Islam
sendiri, jelas mengutamakan perdamaian. Perjalanan sejarah masuk dan
menyebarnya Islam di Spanyol, menjadi salah satu buktinya. Dalam proses
yang memakan waktu relatif singkat, tiga tahun, Islam berhasil menyebar
ke seantero Spanyol. Hebatnya lagi, para pendakwah yang memperkenalkan
Islam di Spanyol dari tahun 711 hingga 714 Masehi itu, hanya mengalami
satu kali peperangan.
Peperangan
itu pecah pada awal masuknya Islam ke sana, yaitu sekitar tahun 709
Masehi di Guadelete, sebuah kota terkemuka dekat Cadiz. Peperangan itu
sebenarnya bermula dari pertikaian antara sesama umat Kristen Spanyol.
Raja Roderick yang berkuasa saat itu memaksakan keyakinan trinitas
Kristen yang dianutnya kepada umat Nasrani Aria. Berbeda dengan para
pendukung Roderick yang meyakini Nabi Isa sebagai Yesus, yaitu Allah
Bapak, Anak Tuhan, dan Ruh Kudus, kaum Nasrani Aria meyakini Nabi Isa
semata sebagai Rasulullah. Pemaksaan keyakinan Trinitas oleh Raja
Roderick ini menimbulkan penindasan di kalangan Nasrani Aria. Lantas
pimpinan merekapun mendukung pasukan Muslim pimpinan Tariq bin Ziyad,
sesaat setelah memasuki wilayah Andalusia melalui selat Giblatar. Maka
pecahlah perang antara pasukan Raja Roderick dengan pasukan Muslim
pimpinan Tariq bin Ziyad. Sejarawan Barat yang beraliran konservatif, W.
Montgomery Watt dalam bukunya Sejarah Islam di Spanyol mencoba
meluruskan persepsi keliru para orientalis Barat yang menilai umat Islam
sebagai yang suka berperang. Menurutnya, “Mereka (para orientalis)
umumnya mengalami mispersepsi dalam memahami jihad umat Islam.
Seolah-olah seorang muslim hanya memberi dua tawaran bagi musuhnya,
yaitu antara Islam atau pedang. Padahal bagi pemeluk agama lain,
termasuk ahli kitab, mereka bisa saja tidak masuk Islam meski tetap
dilindungi oleh pemerintahan Islam”.
Itulah
yang terjadi sepanjang perjalanan sejarah masuknya Islam ke Spanyol.
Islam tak hanya masuk dengan damai, namun dengan cepat menyebar dan
membangun peradaban tinggi hingga Spanyol mencapai puncak kejayaannya.
Kota-kota terkemuka Spanyol seperti Andalusia dan Cordova menjadi center
of excellent peradaban dunia.
Montgomery
menganalisa, ini karena Islam tak mengenal pemisahan yang kaku antara
ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain
dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan syari’at Islam sama
pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah.
Tak
mengherankan jika para ulama terkemuka seperti Ibnu Rusyd (1126-1198)
misalnya, yang di Barat dikenal dengan Averous, diakui pula sebagai
ilmuwan yang handal di bidangnya. Demikian halnya dengan Ibnu Arabi
(1165-1240) yang juga telah mengharumkan Islam di Spanyol.
Ilmu
pengetahuan bukanlah bagian yang terpisahkan dari syari’at Islam dan
etika moral. Menurut Montgomery, tak ada yang dapat melukiskan relasi
antara ilmu pengetahuan, agama, dan etika daripada kata-kata filosofis
Ibnu Rusyd. Filsafat tak berarti apa-apa jika tak bisa menghubungkan
ilmu pengetahuan, agama, dan etika dalam suatu relasi harmonis. Ilmu
pengetahuan, demikian Ibnu Rusyd, dibangun di atas fakta-fakta dan
logika hingga sampai kepada suatu penjelasan rasional. Etika,
merefleksikan manfaat setiap riset ilmiah, sehingga harus dapat memberi
nilai tambah bagi kehidupan. Sedangkan firman Allah, itulah Al-Qur’an,
menjadi satu-satunya pembimbing kita untuk sampai pada tujuan hakiki
dari hidup ini.
Temuan-temuan Iptek
Membicarakan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Spanyol, tak bisa lepas
dari kerja besar pembangunan peradaban yang dilakukan para pembawa
risalah Islam ke kawasan Eropa itu. Tak bisa juga dipisahkan dari kajian
etika serta syari’at Islam yang didakwahkan para da’i.
Itulah
yang mendorong semangat para ilmuwan Muslim Spanyol: Pengetahuan itu
satu karena dunia juga satu, dunia satu karena Allah juga satu. Prinsip
“tauhid” semacam ini yang menjadi koridor berpikir para ilmuwan muslim
dalam mengembangkan sains dan teknologi.
Tak
mengherankan jika temuan-temuan para ilmuwan muslim pada zaman ini
sangat revolusioner. Jauh sebelum Wilbur Wright dan Oliver Wright
menemukan pesawat terbang pada abad 20, usaha menemukan alat
transportasi penerbangan sudah dilakukan oleh Abu Abbas Al-Fernass. Bahkan
ia sudah mencoba terbang, meski kendaraan yang ditemukannya tak
sempurna. Sayangnya, sejarah peradaban dunia Islam yang berbasis di
Andalusi, Spanyol itu, tak terekam oleh Barat. Sementara catatan-catatan
sejarah Islam, ditutup rapat untuk tak dijadikan referensi.
Toh
sejarah tak bisa berdusta. Demikian halnya dalam pengembangan ilmu
kedokteran oleh para pakar muslim. Selain Ibnu Rusyd, adalah Az-Zahrawi
yang dikenal sebagai orang pertama yang memperkenalkan teknik pembedahan
manusia. Az-Zahrawi yang lahir dekat Cordova pada 936 Masehi, dikenal
sebagai penyusun ensiklopedi pembedahan yang karya ilmiahnya itu
dijadikan referensi dasar bedah kedokteran selama ratusan tahun.
Sejumlah universitas, termasuk yang ada di Barat, menjadikannya sebagai
acuan.
Demikian
halnya kontribusi ilmuwan Islam di bidang astronomi. Adalah
Az-Zarqalli, astronom muslim kelahiran Cordova yang pertama kali
memperkenalkan astrolabe. Yaitu suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur jarak sebuah bintang dari horison bumi. Penemuan ini menjadi
revolusioner karena sangat membantu navigasi laut. Dengan demikian,
transportasi pelayaran berkembang pesat selepas penemuan astrolabe.
Sementara pakar geografi, Al-Idrisi, yang lahir di Ceuta pada 1099
Masehi, setelah menuntut ilmu di Cordova juga menemukan dan
memperkenalkan teknik pemetaan dengan metode proyeksi. Suatu metode yang
sama dengan yang dikembangkan Mercator, empat abad kemudian.
Eropa
Berhutang Budi Temuan sains dan teknologi, serta kajian filsafat Muslim
Spanyol, mengalir ke seluruh kawasan ibarat mengairi kekeringan
kehidupan intelektual Eropa. Para pelajar dari Eropa Barat memenuhi
perpustakaan-perpustakaan serta kampus-kampus perguruan tinggi yang
dibangun oleh ilmuwan muslim di sana.
Pola
pendidikan yang dikembangkan para ilmuwan muslim di sana, sungguh
memikat para pelajar dari Eropa. Dalam kitabnya yang berjudul
Muqaddimah, ulama Muslim terkemuka Ibnu Khaldun menilai metode
pendidikan yang dikembangkan saat itu sebagai “Mengarahkan seseorang
untuk mengerti sesuatu melalui apa yang dikerjakannya”. Secara sederhana
Ibnu Khaldun menyebutnya sebagai “Metode belajar dengan hati” atau
“Learning by doing” dalam bahasa kita sekarang.
Kondisi
inilah yang mencerahkan paradigma berpikir orang-orang Eropa. Menurut
Montgomery, cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa
tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan
peradaban Islam yang menjadi “dinamo”nya, Barat bukanlah apa-apa.
Inilah
yang sesungguhnya menjadi momentum Eropa memasuki masa Renaissance.
Pada abad sembilan, demikian Montgomery, Universitas Cordoba menjadi
gerbang Eropa memasuki zaman pencerahan. Sayangnya orang-orang Eropa
merasa pencerahan mereka berawal pada abad enam belas dari Florence di
Italy.
Yaitu
pada saat pemimpin Eropa bersepakat ‘meninggalkan’ agama dalam segala
aspek kehidupan dan mengembangkan apa yang disebut sekularisme.
Akibatnya, keagungan peradaban Islam yang dibangun di Spanyol berakhir
dengan tragis. Yaitu pada saat penguasa di sana menghancurkan semua
karya pemikiran para ilmuwan muslim. Tidak hanya karya-karyanya yang
dimusnahkan, para ilmuwannya pun disingkirkan.
Ibnu
Massarah diasingkan, Ibnu Hazm diusir dari tempat tinggalnya di
Majorca, kitab-kitab karya Imam Ghazali dibakar, ribuan buku dan naskah
koleksi perpustakaan umum al Ahkam II dihanyutkan ke sungai. Ibnu
Tufail, Ibnu Rushdy disingkirkan. Nasib yang sama, juga dialami Ibnu
Arabi. Akhirnya, kebijakan bumi hangus tersebut telah menyebabkan
kesulitan merekonstruksi perjalanan sejarah Islam di Sevila, Cordoba,
dan Andalusia sebagai bukti keagungan peradaban Islam di Spanyol tidak
bias dipungkiri, meski kemudian sirna dihancurkan dalam Perang Salib.
Tepat pada 2 Januari 1492, Sultan Islam di Granada, Abu Abdullah, untuk
terakhir kalinya melihat Al Hambra…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar