SEJARAH DESA SINDANGJAWA
PENDAHULUAN
Asal usul Desa Sindangjawa, yang merupakan Dekumentasi Khusus Sejarah Desa, penulisan kira tidak ada, yang ada melalui cerita orang tua saya disampaikan secara turun-temurun, yang isinya menceritakan asal usul Desa Sindangjawa, yang beruliskan huruf jawa kuno.
Bapak mendengar dari cerita kakek, kakek dari Buyut dan seterusnya, dengan pertolongan silsilah keturunan orang yang membangun Desa Sindangjawa yaitu Aki Buyut KERTIGUNA silsilah tersebut secara turun-temurun penulis dapati
Sudah pasti dalam usaha penampilan riwayat singkat Desa Sindangjawa ini banyak diantara para leluhur serta para cerdik cendikiawan lainnyadimasa itu, yang tidak tersebut atau terlewat, sebelumnya kepada almarhum beliau penulis minta ampun dan maaf.
Uraian ini hanya sekedar pembuka jalan untuk diselidiki kebenarannya di masa mendatang.
SASAKALA DESA
Pada awal Abad ke 16 (enam belas), putra sulung Pangeran KUTAWELENG dari Kuningan, yaitu Aki Buyut KERTIGUNA, mohon diri kepada Orang Tuanya untuk menuntut Ilmu dengan jalan Bertapa.
Beliau berangkat berjalan kaki siang malam menuju arah timur, akhirnya tibalah dikaki Gunung Tiga (pojok tiga) dan dipilihnya tempat untuk bersemedi yaitu di Pncak Gunung dibawah naungan batu besar yang melindungi beliau diwaktu terik matahari dan hujan lebat.
Setelah kurang lebih 4 tahun beliau bersemedi, Tuhan Yang Maha Esa mengabulkan permintaanya.
Tepat malam jumat kliwon, tiba-tiba beliau melihat cahaya menyilaukan mendekati dan secara otomatis cahaya itu ditangkap. Tapi ajaib, setelah cahaya itu ada pada genggaman, cahaya itu menarik Beliau keluar seperti ditarik tenaga gaib, beliaupun mengikutinya, setelah diluar ternyata cahaya itu adalah sulampe (semacam saputangan sutra).
Aki Buyut KERTIGUNA merasa kaget karena yang memegang sulampe itu berdua dengan orang yang tidak dikenal.
Dengan tidak disadari keduanya dibawa terbang menuju arah utara dan beliau diturunkannyadi hadapan Pangeran Gebang (Daerah Cirebon) yang berpakaian serba putih.
Secara lahiriah kedua Petapa itu diberi barang pusaka oleh pangeran itu, Buyut KERTIGUNA diberi CAKARWA PUSAKA / alat pandai besi untuk mencungkil (bara besi dalam arang) dan seorang lagi diberi kelapa muda (duwegan).
Setelah diterimanya oleh masing-masing, kedua petapa itu diterbangkan lagi seperti tadi, diantarkan ketempat semula ke Gunung Tilu.
Setibanya disana kedua petapa itu saling kenal mengenalkan dan petapa seorang lagi mengaku bernama Aki Buyut SURANGGADIPA dari luragung, serta berunding untuk mencari tempat kediaman. Esok harinya kedua petapa itu turun ke Lembah Gunung sambil mengikuti aliran air yang mengalir kesebelah utara (sekarang bernama cijangkelok), terus kehilir akhirnya sampailah ditempat yang rata dan keduanya beristirahat.
Tempat itu atas persetujuan bersama dipilih untuk tempat kediamannya. Aki Buyut KERTIGUNA memilih tempat sebrang barat dan Aki Buyut SURANGGADIPA memilih tempat sebelah timur.
Beliau membuat gubug masing-masing jarak antara keduanya gubug itu hanyaSEHAUK (artinya kalau antara beliau saling memanggil dengan selepas suara akan kedengaran) kurang lebih 500 (lima ratus) meter.
Pembawa pusaka hasil tapanya Buyut KERTIGUNA jadi seorang pandai besi yang sangat ulung, curiga (keris pusaka) kuli, senjata tajam, dan tombak dibentuk hanya dengan tangan belaka, didinginkannya cukup dengan lidah atau ketiaknya (jilatan lidahnya).
Sedangkan Aki Buyut SURANGGADIPA jadi dukun yang termashur dan manjurdalam mengobati segala penyakit dan apa yang beliau ucapkan kejadian atas izin Tuhan Yang Maha Kuasa.
Lama-kelamaan kedua petapa tersebut termashur sehingga banyak orang-orang berguru ilmu kepadanya dan memesan barang pusaka dan lain-lain dan diantara mereka banyak terus turut menetap disana.
Akhirnya kedua tempat tersebut makin lama makin banyak penghuninya gubug-gubugpun makin banyak pula sehingga merupakan perkampungan.
Tempat kediamannya Aki Buyut KERTIGUNA disebut babakan PARENCA (yang disebut hulu dayeuh desa sindangjawa sekarang).
Disana terdapat sumber mata air yang dipergunakan untuk menyepuh kris atau tombak pusaka oleh murid-muridnya (sekarang disebut SUMUR KAMALAYAN).
Kebanyakan pendatang-pendatang yang menjadi penghuni perkampungan itu orang-orang suku jawa, dengan demikian atas keputusan musyawarah mereka menetapkan nama kampong itu SINDANGJAWA (mengandung arti orang jawa sindang ikut menetap disana) walohu alam bisawab.
Tempat Aki Buyut SURANGGADIPA diberi nama DUKUHGIRANG Desa Sukaharja sekarang.
Campuran kebudayaan bahasa dan adat istiadat antara suku sunda dan suku jawa jadi perpaduan yang harmonis sejalan seirama setujuan demi kemajuan kampungnya. Budaya tersebut ada golek, ada sintren dan ada burok (Kuda berkepala manusia yang cantik).
PEMERINTAHAN
Yang menjadi sesepuh di kampong sindangjawa pada waktu itu ialah Aki Buyut KERTIGUNA sendiri, segala peraturan dan perintahnya dipatuhinya, sehingga teraturlah tata kehidupan masyarakatnya (bermasyarakat).
Pertanian, perdagangan, perpandai besian menjadi sumber mata pencaharian mereka.
Pendatang-pendatang baru seperti Aki Buyut MADALI dan TRUSMI Cirebon tokoh agama islam, Aki Buyut lendo, Buyut BODAS (Buyut SYARIPAH) dan banyak-banyak lagi, kesemuanya adalah pendekar-pendekar kampong Sindangjawa, sehingga peradaban dan kehidupan sosial semakin cepat berkembangnya dan maju.
Aki Buyut BODAS (SYARIPAH) selanjutnya terpilih menjadi SESEPUH sebagai pengganti sesepuh-sesepuh terdahulu kurang lebih pertengahan Abad ke-17 (tujuh belas).
Pada masa pemerintahan beliau, mulai tersusun dan teraturlah tata cara pemerintahan yang lebih baik, timbullah jabatan NGABEUI (NGABEHI) yang bertindak selaku wakil sesepuh, juga dibentuk pulapara pembantunya untuk mengatur segala bidang merupakan struktur pemerintahan kampong, sehingga jalannya roda pemerintahan lancer sekali.
Awal abad ke-19 (Sembilan belas) mulailah terjema struktur pemerintahan baru (pemerintahan desa) saat itu masa penjajahan belanda tapi masih menyatu dengan Desa Cibingbin.
Sesepuhnya bernama KUWU yang dijabat oleh Bapak KERTADIPURA dari luragung.
Kemudian ganti berganti hingga sekarang untuk lebih jelasnya penulis paparkan skemanya sebagai berikut:
NO
|
NAMA
|
MASA BHAKTI TAHUN
|
LAMANYA MENJABAT
|
KET
|
1
|
KERTAJAYA
|
1831 / 1877
|
46 TAHUN
| |
2
|
KERTAATMAJA
|
1877 / 1913
|
36 TAHUN
| |
3
|
KERTASUJATMA
|
1913 / 1923
|
10 TAHUN
| |
4
|
KERTADIPURA
|
1923 / 1924
|
1 TAHUN
| |
5
|
DJAYASANTANA
|
1924 / 1950
|
26 TAHUN
| |
6
|
ATMAWISASRTA
|
1950 / 1961
|
11 TAHUN
| |
7
|
AHYADI UDI
|
1961 / 1969
|
8 TAHUN
| |
8
|
D. SETIA PERMANA
|
1969 / 1978
|
8 TAHUN
| |
9
|
SUWARDI
|
1978 / 1989
|
11 TAHUN
| |
10
|
UNA SUNARJO. AG.
|
1989 / 1998
|
8 TAHUN
| |
11
|
H. KOSIM. S
|
1999 / 2005
|
6 TAHUN
| |
12
|
ADING KUSMIADI
|
2007 /2013
|
6 TAHUN
| |
13
|
TOTO
|
2013/
|
STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA
UUD NO. 5 TH. 1975
DESA : SINDANGJAWA
KECAMATAN : CIBINGBIN
KABUPATEN : KUNINGAN
KEPALA DESA
|
LSD
|
JURUTULIS
|
NGABIHI
|
POLISI DESA
|
RK
|
RT
|
CHOTIB
|
HANSIP
|
RAKSABUMI
|
HANKAMRA
|
M A S Y A R A K A T
|
CAGAR BUDAYA
Cagar Budaya di Desa Sindangjawa ada beberapa tempat yang diantaranya adalah:
Makam leluhur pendiiri Desa Sindangjawa atau cikal bakal pendiri Desa dipelihara dan dilestarikan keberadaannya oleh pemerintah Desa selain dipelihara oleh keluarganya atau keturunannya, bagi yang punya keturunan sebagai tanda hormat dan upaya mengenang jasanya. Adapun Makam-makam tersebut adalah:
1. BUYUT KERTIGUNA asal kota Kuningan tokoh pemerintahan, paranormal, dan kesaktian dimakamkan di Limusadem.
2. BUYUT LENDO asal Jawa Tengah sebagai tokoh pertanian dan perdagangan dimakamkan di Hulu Dayeuh RT.02/RW.01 Dusun !.
3. BUYUT MADALI asal dari TRUSMI Cirebon sebagai tokoh agama islam dimakamkan di Blok RT.01/RW.05 Dusun III.
4. BUYUT SARIFAH / BUYUT BODAS asal dari Cirebon sebagai tokoh kemasyarakatan dimakamkan di Sumur Kopo RT.02/RW.05.
5. BUYUT NGABEUI asal Jawa Tengah sebagai Tokoh pemerintahan dan pembangunan dimakamkan di Limusadem.
6. RANGKUJUNG
7. SUMUR KAMALAYAN: Airnya bisa dipergunakan untuk syarat menyembuhkan orang sakit bhatin karena gangguan kekasih atau ditinggal mati oleh orang yang sangat disayanginya.
PENDIDIKAN
Masyarakat Desa Sindangjawa sangat simpati dalam menunjukan pendidikan, sebelum Desa Sindangjawa ada Sekolah banyak yang menyekolahkan anak ke Cibingbin, Luragung, dan ke Kuningan.
Pada tahun 19 (Sembilan belas) didirikan SR.3 tahun, tahun 1946 ditingkatkan menjadi SR.6 tahun dan tahun 1968 SR di pecah menjadi 2 (dua) yaitu SD Sindangjawa 1 dan SD Sindangjawa 2. Dibangun secara gotong-royong masyarakat.
Baik pendidikan umum maupun pendidikan Agama sama-sama dimajukan jadi perhatian masyarakat.
Masyarakat Desa Sindangjawa sangat besar sekali andil moril maupun interil terhadap berdirinya SMP Negeri 1 Cibingbin baik dalam mewujudkan bangunannya maupun pengisian murid dan alat-alat lainnya.
KEKAYAAN ALAM
Kekayaan alam terpendam untuk keperluan hajat hidup masyarakat, tidak begitu banyak, yang ada tanah atras di blok Sumurwiru atau Gempol dan pasir urung dan batu kali yang merupakan bahan untuk membangun bangunan, dan lain-lain.
LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA SINDANGJAWA-CIBINGBIN-KUNINGAN
BAGAN ORGANISASI TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA
L M D
|
KEPALA DESA
|
SEKRETARIS DESA
|
KAUR
KESRA
|
KAUR
PEMERINTAHAN
|
KAUR
EKBANG
|
KAUR
KEUANGAN
|
KAUR
UMUM
|
KEPALA DUSUN II
|
KEPALA DUSUN I
|
KEPALA DUSUN III
|
ISTILAH (SEBUTAN PERISTILAHAN)
1. KEPALA DESA : KUWU
2. SEKRETARIS DESA : JURUTULIS
3. KAUR PEMERINTAHAN : NGABIHI
4. KAUR. EKBANG : RAKSABUMI
5. KAUR. KESRA : KETIB
6. KEPALA DUSUN : KULISI
7. PERANGKAT DESA : PAMONG DESA
8. UPAS DESA : PATOK BALE
9. PEMUKUL BEDUG : MEREBOT
PENUTUP
Hikayat atau riwayat singkat Desa Sindangjawa ini, penulis sodorkan dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati yang sudah pasti banyak kekurangan dan kealpaan serta jauh dari pada sempurna.
Yang dimaksud hanya sekedar member gambaran bagi para akhli sejarah atau prasasti. Untuk diselidiki kebenarannya barangkali ada manfaatnya bagi generasi yang akan datang sebagai penerus untuk kemajuan dan kejayaan masyarakat Desa Sindangjawa, Bangsa dan Negara.
Amin.
PETA ADMINISTRASI
DESA : SINDANGJAWA
KECAMATAN : CIBINGBIN
KABUPATEN : KUNINGAN
SKALA 1:7200
Tidak ada komentar:
Posting Komentar