Setiap tahunnya di Indonesia pada sibuk Ujian Nasional apalagi bentar lagi gan UN 2013 dengan 20 paket soal (mungkin kalo gak ribet yang buat soal ). Untuk Apakah Ujian Nasional Sebetulnya? Apakah UN mutlak diperlukan? Berikut negara – negara maju yang ternyata tidak menerapkan ujian nasional pada sistem pendidikannya…
1. Finlandia
Finlandia sebagai negara dengan system pendidikan termaju di dunia tidak mengenal yang namanya Ujian Nasional. Evaluasi mutu pendidikan sepenuhnya dipercayakan kepada para guru sehingga negara berkewajiban melatih dan mendidik guru guru agar bisa melaksanakan evaluasi yang berkualitas. Setiap akhir semester siswa menerima laporan pendidikan berdasarkan evaluasi yang sifatnya personal dengan tidak membandingkan atau melabel para siswa dengan peringkat juara seperti yang telah menjadi tradisi pendidikan kita. Mereka sangat meyakini bahwa setiap individu adalah unik dan memiliki kemampuan yang berbeda beda.
Di Finlandia profesi guru adalah profesi yang paling terhormat. Dokter justru berada dibawah peringkat guru.
2. Amerika Serikat
Amerika yang terdiri dari banyak negara bagian ternyata tidak pernah menyelenggarakan UN atau ujian negara secara nasional.
Walaupun ada ujian yang diselenggarakan oleh masing-masing state (negara
bagian), namun tidak semua sekolah diwajibkan mengikuti ujian negara
bagian. Tiap negara bagian juga mempunyai materi ujian-masing masing.
Sekolah-sekolah tetap boleh menyelenggarakan ujian sendiri dan menentukan kelulusannya sendiri..
Semua lulusan, baik lulusan yang disenggarakan oleh sekolahnya sendiri
atau lulus ujian yang diselenggarakan negara bagian, tetap boleh
mengikuti ujian mauk ke college ataupun universitas asal memenuhi
persyaratan dan lulus tes masuk.
Logika pendidikan yang digunakan yaitu: Kualitas pendidikan ditentukan
oleh individu masing-masing kelulusan. Walaupun Si A lulusan dari SMA
pinggiran yang tidak terkenal, kalau dia lulus tes masuk ke Universitas
Harvard, maka diapun akan diterima di universitas tersebut.Jadi masalah
kualitas ditentukan oleh individu (individual quality).
Pakar pendidikan dari Columbia University, Linda Hammond (1994)
Berpendapat bahwa nasionalisasi ujian sekolah tidak bisa memberi
kreativitas guru. Sekolah tidak bisa menciptakan strategi belajar sesuai
dengan perbedaan kondisi sosial, ekonomi, budaya, serta kemajuan
teknologi. Sistem pendidikan top down oriented, tak bisa menjawab
masalah yang ada di daerah-daerah berbeda.
3. Jerman
Jerman tidak mengenal ujian nasional. Kebijaksanaan yang diutamakan
adalah membantu setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal,
yaitu dengan:
1. menyediakan guru yang profesional, yang seluruh waktunya dicurahkan untuk menjadi
pendidik;
2. menyediakan fasilitas sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat
belajar dengan penuh kegembiraan dengan fasilitas olahraga dan ruang
bermain yang memadai dan ruang kerja guru;
3. menyediakan media pembelajaran yang kaya, yang memungkinkan peserta
didik dapat secara terus-menerus belajar melalui membaca buku wajib,
buku rujukan, dan buku bacaan, (termasuk novel), serta kelengkapan
laboratorium dan perpustakaan yang memungkinkan peserta didik belajar
sampai tingkatan menikmati belajar;
4. evaluasi yang terus-menerus, komprehensif dan obyektif.
Melalui model pembelajaran yang seperti inilah, yaitu peserta didik setiap saat dinilai tingkah lakunya,
kesungguhan belajarnya, hasil belajarnya, kemampuan intelektual,
partisipasinya dalam belajar yang menjadikan sekolah di Jerman mampu
menghasilkan rakyat yang beretos kerja tinggi, peduli mutu, dan gemar
belajar.
Mereka setiap hari belajar selalu mendapat tugas dari semua mata
pelajaran yang proses maupun hasilnya dinilai dan nilai-nilai ini
memengaruhi nilai akhir semester dan seterusnya.
4. Kanada
Di Kanada tidak ada Ujian Nasional karena dianggap tak bermanfaat untuk
kemajuan pendidikan di negara itu. Untuk kontrol kualitas di Kanada
terdapat penjaminan mutu pendidikan yang kontrolnya sangat kuat. Lembaga
penjamin mutu ini benar-benar bekerja secara ketat dari pendidikan
dasar hingga menengah. Sehinga murid yang akan masuk ke perguruan tinggi
cukup dengan rapor terakhir.
Di Kanada, perguruan tinggi tidak sulit lagi untuk menerima murid
darimana pun sekolahnya. Karena standar sekolah di sana sudah sesuai
dengan standar perguruan tinggi yang akan dimasuki setiap lulusan
sekolah.
Kebalikan dengan di Indonesia, perguruan tinggi banyak yang tidak
percaya dengan lulusan sekolah menengah. Saling tidak percaya standar
ini yang menyebabkan pemborosan keuangan negara karena harus
menyelenggarakan UN dan ujian mandiri.
5. Australia
Di Negara Australia ini, ujian nasional tidak dilaksanakan bahkan tidak
dikenal sama sekali, melainkan ujian state. Ujian ini tidak menentukan
lulus tidaknya para peserta didik, namun untuk menentukan kemana siswa
tersebut akan melanjutkan pendidikan. Berapapun nilai yang didapatkan
oleh siswa dari ujian tersebut tetap dinyatakan lulus. Nilai nol pun
tetap dinyatakan lulus, namun kelulusan tersebut tidak ada gunanya.
Berarti siswa tersebut akan sangat sulit untuk melanjutkan
pendidikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar