1. Wrong Rotation, Brendan?
Sebelum laga kemarin digelar, seperti yang kita ketahui bahwa Liverpool tengah mengalami peningkatan performa yang sangat signifikan. Diluar kekalahan dari Manchester United (yang dimana Liverpool pun sebenarnya tidak bermain terlalu buruk), mereka bermain sangat baik. Menang 3-0 dari Sunderland, 1-2 dari Mansfield Town, dan 5-0 dari Norwich City.
Lalu dimana letak kesalahannya? Menurut saya pribadi, adalah rotasi dari Brendan Rodgers yang membuat Liverpool harus tersingkir lebih cepat. Saya tidak menyalahakan Rodgers yang harus merotasi pemain karena akan berhadapan dengan Arsenal pada midweek nanti. Namun rupanya rotasi tersebut malah membuat segalanya menjadi berantakan.
Keputusan menurunkan Sebastian Coates dan Jack Robinson di lini belakang berbuah gol pertama dan ketiga. Belum lagi keberaniannya memasang empat pemain bernaluri menyerang yang tidak berjalan dengan lancar. Ketidakberadaan Steven Gerrard dari awal pertandingan juga membuat Liverpool seperti kesulitan untuk membangun serangan lewat tiki-taka yang kerap dipertontonkan di musim ini.
2. Kick n Rush Victory
Lalu dimana letak kesalahannya? Menurut saya pribadi, adalah rotasi dari Brendan Rodgers yang membuat Liverpool harus tersingkir lebih cepat. Saya tidak menyalahakan Rodgers yang harus merotasi pemain karena akan berhadapan dengan Arsenal pada midweek nanti. Namun rupanya rotasi tersebut malah membuat segalanya menjadi berantakan.
Keputusan menurunkan Sebastian Coates dan Jack Robinson di lini belakang berbuah gol pertama dan ketiga. Belum lagi keberaniannya memasang empat pemain bernaluri menyerang yang tidak berjalan dengan lancar. Ketidakberadaan Steven Gerrard dari awal pertandingan juga membuat Liverpool seperti kesulitan untuk membangun serangan lewat tiki-taka yang kerap dipertontonkan di musim ini.
2. Kick n Rush Victory
Liverpool yang di musim ini baru memulai revolusi dengan menggunakan taktik tiki-taka harus kalah dengan tim yang menggunakan taktik lama mereka. Yap, The Reds dikalahkan oleh Oldham yang menggunakan taktik Kick n Rush. Meskipun memang tidak salah menggunakan tiki-taka, namun terlihat jelas bahwa permainan dari tuan rumah jauh lebih efektif.
Di babak pertama, kita bisa melihat bagaimana Liverpool sangat keteteran ketika pemain Oldham melancarkan serangan balik super cepat lewat umpan-umpang panjang. Bahkan di babak kedua pun (yang notabenenya dipegang oleh Liverpool), Oldham tetap kerap menebar ancaman ketika Matt Smith mendapatkan bola dari lini belakang. IMHO, kesalahan utama terletak pada kedua winger Liverpool yang sangat jarang untuk membantu pertahanan. Ini mengakibatkan lini belakang menjadi sangat keropos ketika menghadapi tim dengan taktik semacam ini.
3. Oldham Was a Better Team
Di babak pertama, kita bisa melihat bagaimana Liverpool sangat keteteran ketika pemain Oldham melancarkan serangan balik super cepat lewat umpan-umpang panjang. Bahkan di babak kedua pun (yang notabenenya dipegang oleh Liverpool), Oldham tetap kerap menebar ancaman ketika Matt Smith mendapatkan bola dari lini belakang. IMHO, kesalahan utama terletak pada kedua winger Liverpool yang sangat jarang untuk membantu pertahanan. Ini mengakibatkan lini belakang menjadi sangat keropos ketika menghadapi tim dengan taktik semacam ini.
3. Oldham Was a Better Team
Kalau melihat daftar pemain kedua tim, jelas pemain-pemain Liverpool jauh lebih terkenal dibandingkan pemain-pemain Oldham Athletic. Namun pada pertandingan kemarin, justru para pemain yang tidak terkenal tersbutlah yang bermain spektakuler. Matt Smith jelas menjadi pemeran utama Oldham dengan dua gol nya. Sedangkan Liverpool? Tidak satupun pemain mereka yang bermain pada top form.
Masuknya Steven Gerrard di babak kedua memang merubah jalannya pertandingan, namun tetap saja ia tidak mampu menyelamatkan The Reds dari kekalahan. Bahkan keempat striker mereka bermain seperti tanpa arah. Barangkali Luis Suarez memang mencetak gol, namun ia tidak bermain seperti biasanya. Fabio Borini pun sama halnya dengan Suarez. Yang paling parah tentu adalah Daniel Sturridge dan Raheem Sterling. Mereka berdua sama sekali tidak memberikan kontribusi pada pertandingan kemarin. Sebagai winger, mereka tidak bisa mengembangkan permainan. Dan fatalnya lagi, mereka sungguh telat ketika harus membantu pertahanan.
4. Brad Jones oh Brad jones
Masuknya Steven Gerrard di babak kedua memang merubah jalannya pertandingan, namun tetap saja ia tidak mampu menyelamatkan The Reds dari kekalahan. Bahkan keempat striker mereka bermain seperti tanpa arah. Barangkali Luis Suarez memang mencetak gol, namun ia tidak bermain seperti biasanya. Fabio Borini pun sama halnya dengan Suarez. Yang paling parah tentu adalah Daniel Sturridge dan Raheem Sterling. Mereka berdua sama sekali tidak memberikan kontribusi pada pertandingan kemarin. Sebagai winger, mereka tidak bisa mengembangkan permainan. Dan fatalnya lagi, mereka sungguh telat ketika harus membantu pertahanan.
4. Brad Jones oh Brad jones
Kita semua bisa melihat bahwa gol kedua Oldham di penghujung babak pertama adalah murni kesalahan Brad Jones. Menggantikan Pepe Reina yang mengalami cedera, ia malah bermain mengecewakan. Akibat ketidaksempurnaannya menangkap umpan silang, Matt Smith berhasil menceploskan bola ke gawangnya untuk kedua kali. Seandainya saja tidak terjadi gol tersebut, saya cukup yakin bahwa Liverpool akan dapat memenangi pertandingan.
Sebuah gol di penghujung babak pertama tentu sangat menaikkan moral para pemain di ruang ganti. Coba tanyakan saja kepada Manchester United yang harus gugur menyakitkan akibat kalah produktivitas gol tandang dari Bayern Munich pada babak perempatfinal UEFA Champions League 2010. Ketika itu, United sudah unggul 3-0 sebelum Ivica Olic mencetak gol di waktu injury time babak pertama. Hasilnya? Bayern bermain luar biasa pada babak kedua.
Namun kalau dipikir-pikir, Liverpool ini semakin lama semakin menyerupai sebuah tim di Spanyol. Bermain tiki-taka dan tidak memiliki kiper yang berkualitas. Hhhmmm, mungkin anda tahu tim apa itu?
5. Suarez’s Seal
Sebuah gol di penghujung babak pertama tentu sangat menaikkan moral para pemain di ruang ganti. Coba tanyakan saja kepada Manchester United yang harus gugur menyakitkan akibat kalah produktivitas gol tandang dari Bayern Munich pada babak perempatfinal UEFA Champions League 2010. Ketika itu, United sudah unggul 3-0 sebelum Ivica Olic mencetak gol di waktu injury time babak pertama. Hasilnya? Bayern bermain luar biasa pada babak kedua.
Namun kalau dipikir-pikir, Liverpool ini semakin lama semakin menyerupai sebuah tim di Spanyol. Bermain tiki-taka dan tidak memiliki kiper yang berkualitas. Hhhmmm, mungkin anda tahu tim apa itu?
5. Suarez’s Seal
Saya awalnya cukup terkejut melihat Suarez, yang biasanya jarang tersenyum ketika pertandingan, kali ini bisa tersenyum. Coba lihat saat ia sedang berbicara dengan wasit sebelum pertandingan dimulai. Ketika akan menentukan siapa yang melakukan kick off pertama kali, Suarez tertawa! Sebuah pemandangan yang sangat jarang kita lihat dilapangan (kecuali kalau ia mencetak gol). Ketika pertandingan dimulaipun, ia tampak dewasa ketika harus berbicara dengan wasit apabila ada pelanggaran.
Namun di babak kedua, semuanya berubah. Semenjak ban kapten berpindah ke tangan Steven Gerrars, ia menjadi Suarez yang kita kenal dengan muka yang selalu terkesan ingin mengajak orang berkelahi. Dan yang lebih parah, ia kembali menunjukkan tabiat buruknya. Ketika Jack Robinson membuang peluang untuk mengumpan, Suarez yang nampak frustasi memarahi Robinson. Praktis saja pemain berumur 19 tahun tersebut tidak terima dan balik membalas perkataan Suarez dengan kata-kata kasar. Well, berarti kalau dipikir-pikir, nampaknya ban kapten adalah semacam segel untuk menekan perilaku buruk Suarez.
6. Dickov’s Way
Namun di babak kedua, semuanya berubah. Semenjak ban kapten berpindah ke tangan Steven Gerrars, ia menjadi Suarez yang kita kenal dengan muka yang selalu terkesan ingin mengajak orang berkelahi. Dan yang lebih parah, ia kembali menunjukkan tabiat buruknya. Ketika Jack Robinson membuang peluang untuk mengumpan, Suarez yang nampak frustasi memarahi Robinson. Praktis saja pemain berumur 19 tahun tersebut tidak terima dan balik membalas perkataan Suarez dengan kata-kata kasar. Well, berarti kalau dipikir-pikir, nampaknya ban kapten adalah semacam segel untuk menekan perilaku buruk Suarez.
6. Dickov’s Way
Siapa diantara kalian yang kesal melihat permainan keras dari Oldham Athletic? Saya tidak menyalahkan apabila kalian memang marah menyaksikannya. Namun sejujurnya, para pemain Oldham bermain sungguh “cerdik”. Mereka bermain keras hingga batas pelanggaran dan terkesan mengulur-ulur waktu. Semua itu dilakukan untuk memancing emosi pemain Liverpool. Untung saja tidak ada kartu merah yang keluar dari kantong wasit di pertandingan kemarin.
Namun dari itu semua, saya melihat bahwa sang pelatih, Paul Dickov, sukses menerapkan cara bermainnya kepada para anak asuhannya. Seperti yang kita tahu, ketika Dickov bermain di Manchester City, ia kerap bermain keras untuk memancing emosi lawan. Coba simak tweet Rio Ferdinand yang berbunyi, “If Oldham win this Paul Dickov reputation as a manager will go through the roof!! Well deserved too. Nuisance of a striker to play against!”. Kata “nuisance” diatas jelas bisa menggambarkan itu semua.
7. Semua Tak Sama
Namun dari itu semua, saya melihat bahwa sang pelatih, Paul Dickov, sukses menerapkan cara bermainnya kepada para anak asuhannya. Seperti yang kita tahu, ketika Dickov bermain di Manchester City, ia kerap bermain keras untuk memancing emosi lawan. Coba simak tweet Rio Ferdinand yang berbunyi, “If Oldham win this Paul Dickov reputation as a manager will go through the roof!! Well deserved too. Nuisance of a striker to play against!”. Kata “nuisance” diatas jelas bisa menggambarkan itu semua.
7. Semua Tak Sama
Musim lalu, bisa jadi memang Liverpool lah yang menghentikan langkah Oldham Athletic di ajang Piala FA. Namun musim ini, giliran The Latics yang membuat The Reds tersingkir. Hadapilah kenyataan tersebut, Liverpudlians. Skuad kalian memang tidak cukup mumpuni untuk bersaing lebih jauh. Seperti yang sudah saya sebutkan di beberapa nomor diatas, permainan tuan rumah memang jauh lebih efektif dibandingan sang tamu.
Jika memang tidak mau dikatakan bahwa tim kalian tidak cukup kuat, maka kita katakan bahwa kalian sedang sial. Disaat harus menghadapi pertandingan yang menggunakan sistem “knock-out”, tim mereka malah bermain underperform. Ditambah lagi dengan cedera yang harus dialami sang kiper utama, Pepe Reina. Maka hadapilah bahwa semua sudah tidak sama lagi, Liverpudlians. Angkat tangan kalian membentuk angka lima, dan katakan selamat tinggal pada FA Cup.
8. Mungkin Ini Adalah Pilihan
Jika memang tidak mau dikatakan bahwa tim kalian tidak cukup kuat, maka kita katakan bahwa kalian sedang sial. Disaat harus menghadapi pertandingan yang menggunakan sistem “knock-out”, tim mereka malah bermain underperform. Ditambah lagi dengan cedera yang harus dialami sang kiper utama, Pepe Reina. Maka hadapilah bahwa semua sudah tidak sama lagi, Liverpudlians. Angkat tangan kalian membentuk angka lima, dan katakan selamat tinggal pada FA Cup.
8. Mungkin Ini Adalah Pilihan
Bukan hal mudah untuk melakoni tiga kompetisi dalam satu musim. Setelah tersingkir terlebih dahulu dari ajang Capital One Cup, praktis Liverpool menyisakan Barclays Premier League, The FA Cup, dan Europa League. Tentu Brendan Rodgers memiliki pertimbangan sendiri sesuai dengan kemampuan tim dan kemungkinan yang paling besar. Oleh sebab itulah ia melakukan rotasi dan menurunkan beberapa pemain lapis kedua ketika menghadapi Oldham Athletic.
Jangan bersedih hati, Liverpudlians. Barangkali memang inilah pilihan yang diambil Rodgers. Membuang FA Cup untuk bisa fokus di BPL dan Europa League. Toh rotasi yang dilakukan mantan pelatih Swansea City tersebut juga demi persiapan untuk menghadapi Arsenal pada midweek besok.
9. Facts You Must To Know
Jangan bersedih hati, Liverpudlians. Barangkali memang inilah pilihan yang diambil Rodgers. Membuang FA Cup untuk bisa fokus di BPL dan Europa League. Toh rotasi yang dilakukan mantan pelatih Swansea City tersebut juga demi persiapan untuk menghadapi Arsenal pada midweek besok.
9. Facts You Must To Know
Apabila kalian masih belum puas dengan berbagai alasan diatas, mungkin fakta-fakta berikut ini bisa membuat anda mengerti kenapa Liverpool “ditakdirkan” untuk gagal di FA Cup musim ini:
Liverpool kini telah kebobolan di setiap empat laga terakhir mereka di FA Cup melawan musuh yang bermain di League One
Oldham Athletic adalah tim pertama dari League One yang berhasil mencetak dua gol melawan Liverpool di FA Cup semenjak Bolton pada tahun 1993
Ini adalah pertama kalinya Liverpool kebobolan sampai tiga gol melawan tim diluar dua divisi teratas semenjak tahun 1956 (terakhir dilakukan oleh Scunthorpe; 3-3)
Ini adalah keenam kalinya Liverpool terdepak dari FA Cup oleh tim yang diluar top flight semenjak tahun 2000
10. I Love This Cup
Liverpool kini telah kebobolan di setiap empat laga terakhir mereka di FA Cup melawan musuh yang bermain di League One
Oldham Athletic adalah tim pertama dari League One yang berhasil mencetak dua gol melawan Liverpool di FA Cup semenjak Bolton pada tahun 1993
Ini adalah pertama kalinya Liverpool kebobolan sampai tiga gol melawan tim diluar dua divisi teratas semenjak tahun 1956 (terakhir dilakukan oleh Scunthorpe; 3-3)
Ini adalah keenam kalinya Liverpool terdepak dari FA Cup oleh tim yang diluar top flight semenjak tahun 2000
10. I Love This Cup
Jika melihat semua pertandingan FA Cup pada hari minggu kemarin, nampaknya memang itu bukan hari yang baik bagi klub yang berlaga di top flight. Setelah Chelsea bersusah payah menahan imbang Brentford dan Leeds United berhasil mengalahkan Tottenham Hotspur, The Reds tentu tidak ingin dianggap sebagai pengkhianat. Mereka juga ingin diakui sebagai bagian dari Barclays Premier League. Oleh sebab itu, Liverpool berupaya untuk meyakinkan semua orang bahwa mereka juga tim dari top flight dengan cara mengalah dari Oldham Athletic. Sungguh setia kawan sekali tim yang satu ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar